Kisah Hidup Cak Kosim alias Eko Fitrianto Kusumo Ariwibowo - Saya di lahirkan di rumah sakit Budi Mulia, Surabaya pada tanggal 13 Juli 1983. Saya anak ke satu dari tiga bersaudara.
Pada waktu sekolah SMP dan SMA saya sering dipanggil dengan istilah KOSIM, saya juga tidak tahu kenapa teman sekolah saya memanggil saya KOSIM. Apakah karena saya di sekolah saya sering diam? Atau kuper pada saat itu?
Saya juga tidak tau kenapa teman-teman sekolah saya memanggil saya KOSIM. nama asli saya EKO FITRIANTO KUSUMO ARI WIBOWO, Padahal di rumah, saya dipanggil MAS A. kalo Mas A Jelas. Karena huruf awal-nya kan A. Biar disingkat sama almarhum kakek yg makamkan di Surabaya. Sampai sekarang saya juga bertanya-tanya kenapa setiap saya kumpul sama teman dipanggil KOSIM.
Bondo Nekat
Di dalam keluarga besar saya, saya terkenal bondo nekat (BONEK) karena saya lahir di Surabaya. Kata orang-orang, kalau lahir di surabaya terkenal dengan sebutan Bonek mania. Karena itulah saya juga dijuluki bondo nekat. Kemana-mana bawa uang tidak sesuai dengan yg di harapkan.
Pada tahun 2018, adalah pertama kalinya saya masuk ke stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya dan menyeberangi jembatan Suramadu. Apalagi pada saat itu saya tour ke Surabaya sendirian dan membawa uang Rp850.000. Saya ingin buktikan bahwa seorang Bonek mania itu bukan gembel dan maling gorengan. Saya masuk ke stadion bayar walaupun masuk ke stadion bayar 50.000. Terus saya janjian sama saudara yang di desa Barengan, Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
Jangan bilang Bonek Mania itu gembel dan maling gorengan bro. Buktinya saya berangkat dari stasiun Cimahi bawa uang Rp850.000 itu pun kurang kalau PULANG PERGI BANDUNG - SURABAYA. Ditambah lagi ke Malang naik bis.
Apakah dengan membawa uang Rp850.000 kalian bisa PULANG PERGI BANDUNG - SURABAYA?
Padahal saya berangkat dari stasiun Cimahi naik kereta api HARINA kelas eksekutif dengan harga pada waktu itu Rp400.000. Orang tua saya sampai marah-marah dan tidak setuju saya ke Surabaya. Apalagi saya beli tiket ke Surabaya naik kereta api HARINA kelas eksekutif dengan harga tiket Rp400.000.
Tapi orang tua saya akhirnya mengijinkan saya ke Surabaya dan orang tua saya sudah pasrah dengan sikap dan sifat saya yang bondo nekat.
Kisah Percintaan
Kalau masalah percintaan, kisah saya cukup tragis. Kalau dipikir-pikir saya sudah mengenal dunia percintaan sama wanita paling nekat dan super nekat. Apapun saya lakukan jika saya mampu. Sampai saya pernah mengorbankan pekerjaan saya demi seorang wanita di daerah provinsi Jawa tengah.
Ceritanya begini, saya lupa pada tahun berapanya, saya masih kerja di Bandung dan saya minta ijin ke manager untuk menemui mantan kekasih yang di Jawa tengah. Dari situ saya masih tidak taat beribadah. Bodohnya saya mencintai dan menyayangi dia sampai-sampai mengorbankan pekerjaan saya yg di Bandung. Mungkin ini karma karena pada saat itu saya tidak mematuhi omongan orang tua pada saat itu. Saya bikin blog ini untuk memberi saran kepada kalian jangan sampai kalian mengorbankan pekerjaan kalian demi seorang pacar.
Dan jangan berani kepada orang tua jika nggak mau karma turun ke kalian. Ijin orang tua itu patut dipatuhi.
Feeling seorang ibu sangatlah hebat. Saya menyesal atas kejadian ini. Tapi Allah SWT masih kasih saya kesempatan untuk bertobat. Saya masih untung sekali dilahirkan di rahim seorang ibu yang penyabar, gak pernah marah dan main tangan alias menampar saya.
Terima kasih ibu atas kesabaran dan ketulusan selama ini yg sudah membesarkan saya sampai saat ini.
Singkat cerita saja ya, pada tahun ini dan sejak ada covid-19 saya diuji lagi oleh Allah SWT yaitu menemukan seorang wanita di daerah Cengkareng dengan sifat dia yang hampir mirip dengan saya.
Dia pernah bilang,
"sifat kita kok hampir mirip, ya? Penyayang ke orang tua, rajin beribadah, dan lain lain."
Dia kasih tantangan ke saya untuk datang ke Cengkareng. Bukan maksud saya tidak berani datang ke Cengkareng dikarenakan kondisi di Indonesia masih ada pandemi covid-19. Saya sudah menjelaskan kepada dia, tapi dia bilang saya itu penakut menghadapi covid-19.
Terus saya mengatakan,
SAYA TIDAK TAKUT MENGHADAPI PANDEMI INI, YANG SAYA TAKUTKAN YAITU DI RUMAH SAUDARA SAYA DI DAERAH PERMATA CIMAHI ADA NENEK.
Jika pandemi covid-19 ini sudah tidak ada di Indonesia, saya pastikan saya akan nekat datang ke Cengkareng. Jangankan ke Cengkareng, ke Surabaya saya berani tour.
Pesan saya ke seseorang yg di Cengkareng
Jangan seperti mantan kekasihku yg di Jawa tengah ya.
NOTE: Tulisan ini adalah kiriman dari salah satu sahabat Ninura. Konten ini adalah sumbangan sekaligus curahan hati penulis. Kurang dan lebihnya harap dimaklum. Semoga tulisan ini ada manfaatnya.
Post a Comment
Post a Comment